Rabu, 25 Maret 2009

Melawan Arus

Secara umum, manusia selalu menganggap benar sesuatu yang dianggap benar oleh banyak orang. Padahal kan nggak selalu begitu ya. Kadang hal yang dianggap banyak orang benar itu malah keliru.Tapi seringkali kita nggak bisa untuk melawan pendapat banyak orang. Akibatnya, banyak orang kemudian terpaksa untuk mengikuti mainstream yang ada lingkungan sosialnya. Contoh kontritnya adalah fashion. Seorang pecinta fashion mengatakan: “kami tetap konsisten untuk berpenampilan dengan jaket-jaket Wrangler dan Levi’s, Harrigton, celana bretel, T-shirt, skinners, celana paralel, union shirt yang populer pada waktu ini.” 
Pertanyaannya adalah: “Apakah mereka berpakaian seperti itu, karena mereka anggap pakaian itu bagus atau karena orang lain juga berpakain seperti itu?” 

Inilah masalahnya. Sering kan kita pakai baju yang gak nyaman. Tapi gara-gara banyak orang bilang "Ni celana ketat baru tren". Terpaksa deh kita pakai celana ketat, biar dibilang keren. Situasi seperti inilah yang selalu kita hadapi dalam kehidupan. Kita harus selalu mengalami proses internalisasi terhadap kenyataan-kenyataan obyektif, yang bisa jadi kenyataan obyektif itu salah.

Hey, pernyataan subyektif juga gak selalu salah kan?.

Seringkali pula kita terjebak dalam pemikiran yang apriori. Sebuah pemikiran adalah "a priori" ketika kita menganggapnya benar dan menerimanya bahkan sekalipun tak tersedia informasi yang membenarkannya

Contohnya, 
umpanya kita udah ngefans ma seorang tokoh gitu. Tokoh ini banyak pendukung gitu.
 Nah apapun pendapat dia pasti kita dukung. Gak peduli salah ato bener yang penting kita setuju.Inilah pemikiran apriori. Dan kita sering banget berfikir dengan pola seperti ini. Kita sudah merasa paling benar karena banyak (ada) yang berpendapat atau berperilaku seperti itu.

Apa sih salahnya membentuk gaya sendiri, gaya untuk melawan arus gitu. Atau istilah kerennya mendobrak Mainstream.  

Menerapkan strategi “melawan arus” berarti kita memancing suatu perbedaan dengan pandangan umum. Ketika orang lain memilih jalan yang umum, misalnya bekerja keras agar berhasil dalam bidang kerja yang digelutinya, terpetikkah di dalam benak kita untuk mengatakan, “bekerja lebih santai untuk sukses bukankah semakin asyik?” 

Intinya: Jangan puas dengan sesuatu yang biasa-biasa saja.

Tidak ada komentar: